1. Jepang membuat robot yang mampu membantu lansia bisa berjalan lagi
Jakarta, CNN Indonesia -- Toyota Motor Corp mengumumkan akan mengkomersilkan robot rehabilitasi pada akhir tahun ini. Robot yang akan membantu orang berjalan ini bisa dipinjam. Robot sejenis telah lebih dulu dimasarkan oleh Honda Motor Co.
Sepuluh tahun setelah memulai pengembangan robot rehabilitasi, produsen otomotif kedua terbesar dunia ini menyebutkan jika sistem siap dilepas ke pasaran pada akhir 2017, dua tahun setelah Honda meluncurkan robot sejenis.
Rumah sakit dan penyedia fasilitas kesejahteraan dapat meminjam sistem yang didesain bagi pasien yang tubuh bagian bawahnya menderita kelumpuhan itu dengan harga Rp42,5 juta setiap bulannya ditambah dengan uang muka Rp121 juta.
“Sistem akan menyediakan bantuan bagi para lansia ini untuk hidup lebih bebas sekaligus meringankan beban para pengasuh lansia itu,” ungkap Toyota melalui pernyataan resminya.
Populasi di Jepang memang menua lebih cepat dibanding populasi belahan dunia lainnya. Penduduk Jepang yang berumur 65 tahun atau lebih terhitung 26,7 persen dari keseluruhan populasi di tahun 2015. Persentase ini jauh melebihi 8,5 persen rata-rata global.
Permintaan untuk pelayanan lansia memang semakin tinggi karena populasi pekerja semakin menyusut. Artinya, semakin sedikit orang dewasa yang tersedia untuk menjaga para lansia ini.
Secara global, menurut International Federation of Robotics, penjualan robot untuk lansia dan bagi penyandang disabilitas diprediksikan akan terjual 37.500 unit hingga tahun 2019. Angka ini diharapkan akan meningkat terus dalam waktu 20 tahun ke depan.
2. Robot caretaker pasien demensia di Singapura
Caretaker, pekerjaan untuk merawat dan menjaga pasien penyakit parah, biasanya dilakukan oleh manusia atau anggota keluarga terdekat. Siap-siap, bisa jadi pekerjaan tersebut diambil alih oleh robot ini di masa depan.
Sekilas robot ini mirip sekali dengan manusia. Bentuk badan dan wajahnya seperti perempuan dewasa. Nadine, demikian jenis robot ini, digadang dapat menggantikan manusia sebagai caretaker pasien demensia di masa depan.
Robot dengan tinggi badan 1,7 meter ini diciptakan oleh peneliti dari Institute of Media Innovation, Nanyang Technological University, Singapura.
Piranti lunak yang dimiliki Nadine membuatnya bisa mengekspresikan beberapa jenis emosi dan mengingat pembicaraan. Selain itu, Nadine juga bisa menginisiasi percakapan, bercerita dan memainkan beberapa jenis permainan yang mudah.
3. Robot tangan yang digerakkan dengan pikiran di Indonesia
Brain Computer Interface atau BCI adalah pengendali robot tangan untuk membantu penderita penyakit stroke yang tidak mampu menggerakkan anggota badannya. Alat yang menggabungkan teknologi dengan kesehatan ini diciptakan oleh 3 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka mencoba merancang alat ini sesederhana mungkin supaya bisa digunakan oleh penderita stroke.
Alat tersebut bekerja dengan memanfaatkan sinyal yang dibangkitkan oleh otak, untuk mengirim perintah ke komputer atau mesin lain. Tujuannya, untuk membantu orang-orang yang memiliki kelainan fisiologi atau cacat fisik, yang berhubungan dengan sistem saraf motorik. Jadi, secara keseluruhan teknologi BCI ini adalah teknik pengendalian suatu perangkat dengan menggunakan pikiran.
Dalam dunia kesehatan, alat ini sudah digunakan sebagai sarana komunikasi bagi penderita lumpuh total dan rehabilitasi. Salah satu sistem di dalam BCI ini terdiri dari pengukuran sinyal otak. Kemudian, dilakukan sistem pengolahan sinyal otak untuk mendeteksi pola-pola unik yang diterjemahkan menjadi perintah, seperti pola otak saat rileks.
Ahli dan dokter di Indonesia sangat mengapresiasi terciptanya alat ini. Mereka mengatakan, alat ini sangat membantu dunia kesehatan dan memiliki potensi yang tinggi untuk bersaing dengan dunia internasional.
Kesimpulan:
Menurut saya dari ketiga negara tersebut memiliki perkembangan teknologi sistem cerdas dengan cukup pesat. Akan tetapi, saya kira Indonesia masih cukup tertinggal dari kedua negara tersebut karena kurangnya andil pemerintah. Pemerintah wajib mendukung serta mengapresiasikan perkembangan pada saat ini kepada si pencipta. Serta perlu adanya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengguanakannya dengan optimal
Sepuluh tahun setelah memulai pengembangan robot rehabilitasi, produsen otomotif kedua terbesar dunia ini menyebutkan jika sistem siap dilepas ke pasaran pada akhir 2017, dua tahun setelah Honda meluncurkan robot sejenis.
Rumah sakit dan penyedia fasilitas kesejahteraan dapat meminjam sistem yang didesain bagi pasien yang tubuh bagian bawahnya menderita kelumpuhan itu dengan harga Rp42,5 juta setiap bulannya ditambah dengan uang muka Rp121 juta.
“Sistem akan menyediakan bantuan bagi para lansia ini untuk hidup lebih bebas sekaligus meringankan beban para pengasuh lansia itu,” ungkap Toyota melalui pernyataan resminya.
Populasi di Jepang memang menua lebih cepat dibanding populasi belahan dunia lainnya. Penduduk Jepang yang berumur 65 tahun atau lebih terhitung 26,7 persen dari keseluruhan populasi di tahun 2015. Persentase ini jauh melebihi 8,5 persen rata-rata global.
Permintaan untuk pelayanan lansia memang semakin tinggi karena populasi pekerja semakin menyusut. Artinya, semakin sedikit orang dewasa yang tersedia untuk menjaga para lansia ini.
Secara global, menurut International Federation of Robotics, penjualan robot untuk lansia dan bagi penyandang disabilitas diprediksikan akan terjual 37.500 unit hingga tahun 2019. Angka ini diharapkan akan meningkat terus dalam waktu 20 tahun ke depan.
2. Robot caretaker pasien demensia di Singapura
Sekilas robot ini mirip sekali dengan manusia. Bentuk badan dan wajahnya seperti perempuan dewasa. Nadine, demikian jenis robot ini, digadang dapat menggantikan manusia sebagai caretaker pasien demensia di masa depan.
Robot dengan tinggi badan 1,7 meter ini diciptakan oleh peneliti dari Institute of Media Innovation, Nanyang Technological University, Singapura.
Piranti lunak yang dimiliki Nadine membuatnya bisa mengekspresikan beberapa jenis emosi dan mengingat pembicaraan. Selain itu, Nadine juga bisa menginisiasi percakapan, bercerita dan memainkan beberapa jenis permainan yang mudah.
3. Robot tangan yang digerakkan dengan pikiran di Indonesia
Alat tersebut bekerja dengan memanfaatkan sinyal yang dibangkitkan oleh otak, untuk mengirim perintah ke komputer atau mesin lain. Tujuannya, untuk membantu orang-orang yang memiliki kelainan fisiologi atau cacat fisik, yang berhubungan dengan sistem saraf motorik. Jadi, secara keseluruhan teknologi BCI ini adalah teknik pengendalian suatu perangkat dengan menggunakan pikiran.
Dalam dunia kesehatan, alat ini sudah digunakan sebagai sarana komunikasi bagi penderita lumpuh total dan rehabilitasi. Salah satu sistem di dalam BCI ini terdiri dari pengukuran sinyal otak. Kemudian, dilakukan sistem pengolahan sinyal otak untuk mendeteksi pola-pola unik yang diterjemahkan menjadi perintah, seperti pola otak saat rileks.
Ahli dan dokter di Indonesia sangat mengapresiasi terciptanya alat ini. Mereka mengatakan, alat ini sangat membantu dunia kesehatan dan memiliki potensi yang tinggi untuk bersaing dengan dunia internasional.
Kesimpulan:
Menurut saya dari ketiga negara tersebut memiliki perkembangan teknologi sistem cerdas dengan cukup pesat. Akan tetapi, saya kira Indonesia masih cukup tertinggal dari kedua negara tersebut karena kurangnya andil pemerintah. Pemerintah wajib mendukung serta mengapresiasikan perkembangan pada saat ini kepada si pencipta. Serta perlu adanya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengguanakannya dengan optimal
Sumber :